Minggu, 05 Oktober 2014

Kesabaran Seorang Wanita, Membuahkan Hasil



Desa bernamakan desa Kulen yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, berpenduduk sekitar 67 jiwa. Kepala keluarga sebagian besar berprofesi sebagai petani, ada yang memiliki sawah sendiri dan ada juga yang dipercaya mengurus sawah milik warga lain. Kesehariannya mereka hidup berkecukupan dengan upah yang dihasil kan dari keringat bertani sejak pagi sampai sore hari. Hubungan antar warga terjalin dengan baik, tidak menonjolkan perbedaan yang besar. Terdapat pula satu keluarga yang secara ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga lainnya, keluarga sangat dipandang  baik oleh penduduk, dermawan, tidak sombong dan peduli terhadap kemakmuran Desa Kulen. Mereka memberi pekerjaan kepada orang-orang terdekatnya terlebih dahulu terutama warga desa Kulen. Tidak sedikit warga yang bekerja untuk mengurus sawah, kebun dan ternak milik keluarga ini. Suka membantu warga yang membutuhkan pertolongan, baik moril maupun materil. Membagikan sembako untuk semua warga desa dengan tidak memungut satu rupiah pun dari warga. Benar-benar mulia hati keluarga ini, membantu dan memberi tanpa pamrih. Karena kebaikannya lah yang menjadikan kelurga ini selalu di sanjung dan di segani oleh warga. Bahkan seorang gadis nan cantik yang berasal dari keluarga terpandang ini, dianggap sebagai kembang desa juga di segani oleh warga.

Ia adalah seorang wanita bernama Tina. Ayah dan ibunya seorang dosen di perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Ia pernah menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta. Ia termasuk mahasiswi yang berprestasi, baik secara akademik maupun non akademik. Pribadi yang baik, ramah, aktif,  religius, mau membantu sesama itulah penilain dari teman-temannya. Sehingga ia memiliki banyak teman baik itu yang satu angkatan dengannya, diatas dan ataupun dibawahnya. Meskipun dari keluarga yang berada, namun kesehariannya sangatlah sederhana. Ia tidak menggunakan kendaraan pribadi pemberian orang tuanya untuk mempermudah kemanapun ia bepergian. Ia lebih memilih menggunakan kendaraan umum, hanya sesekali menggunakan kendaraan pribadi.

Bukan hanya disegani di desanya, namun ia juga di segani oleh lawan jenisnya di lingkungan kampus. Tidak banyak memiliki teman pria, hanya ada beberapa sebagian besar temannya adalah wanita. Ada teman pria yang mengagumi dirinya, namun pria itu tidak berani mengungkapkan kepada Tina. Pria ini merasa canggung untuk berkata jujur karena Tina dan keluarganya sangat di segani. Namun pertemanan keduanya tetap terjalin baik, meskipun sang pria harus tetap memendam rasa terhadap Tina.

Melihat teman-temannya sudah mempunyai kekasih, ia tidak pernah sedikitpun iri terhadap temannya. Karena ia merasa bahagia menjalani hidupnya tanpa sorang kekasih. Tidak sedikit pria yang mencoba untuk dekat dengannya, bahkan memiliki ambisi untuk menjadikannya kekasih. Namun lambat laun ia mulai membuka hati untuk pria yang ingin mengenalnya lebih dekat. Suatu ketika ia memiliki rasa ketertarikan pada teman pria, dan pria itupun memiliki perasaan yang sama. Pertemanan mereka semakin hari semakin dekat. Sesungguhnya pria ini ingin menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Tina, namun ia belum berani untuk mengungkapkan hal itu. Diperkenalkanlah Tina kepada orang tua teman pria nya itu. Ia disambut baik oleh orang tua prianya. Namun ketika ia ingin memperkenalkan pria ini kepada orang tuanya, pria ini menolaknya. Pria ini tidak berani untuk bertemu dengan orang tua Tina, ada rasa ketakutan tidak akan di terima karena ia berasal dari kelurga bisa.  Tina merasa kecewa, sehingga hubungan keduanya tidak dapat di lanjutkan lagi.

Sejak kandasnya hubungan dengan teman prianya iu, Tina tetap menjadi pribadi yang ramah. Dengan wajah cantik dan postur tubuh yang sempurna di mata lawan jenisnya, banyak sekali pria yang ingin mendekatinya. Namun ketika ia ingin memeprkenalkan teman pria kepada orang tuanya, pria itu lagi-lagi menolak. Seringnya dikecewakan oleh teman pria yang selalu menolak untuk diperkenalkan kepada orsng tuanya, ia pun sudah mulai pasrah. Selalu bersabar menantikan pria yang memang bersungguh-sungguh ingin memilikinya seutuhnya.

Ia memiliki rasa yang lebih terhadap teman prianya bernama Gugun. Ternyata Gugun pun memiliki rasa yang sama dengan Tina. Seiring berjalannya waktu, ia dan Gugun hubungannya semakin dekat. Keduanya sama-sama yakin bahwa mereka memang cocok untuk menjadi pasangan. Namun antara keduanya belum ada ikatan, dengan kata lain mereka tidak sampai pacaran. Gugun pun diperkenalkan kepada orang tua Tina, begitupun sebaliknya. Tina sangat diterima oleh orang tua Gugun, tapi tidak sebaliknya. Orang tua Tina tidak menyetujui Tina dekat dengan Gugun. Karena Gugun hanyalah pria dari keluarga pengrajin di Yogyakarta. Tidak setara dengan keluarga Tina yang berpendidikan tinggi dan di segani oleh warga desa. Tina dan Gugun pun dengan terpaksa harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk bisa ke hubungan yang jauh lebih dalam dan serius bukan hanya sekedar teman.

Kini pendidiaknnya di perguruan tinggi telah selesai, dan memiliki gelar Sarjana Hukum sebagai pelengkap namanya. Sudah banyak teman-temannya yang menikah dan memiliki momongan.Sampai usianya memasuki 38 tahun, ia belum menemukan lagi pria yang bisa diperkenalkan kepada orang tuanya. Gugun yang dulu pernah mempunyai tempat spesial di hatinya, lebih memilih wanita lain yang dapat menerima ia dan keluarga apa adanya, tanpa melihat strata sosial. Tina pun menerimanya dengan lapang dada, bahwa ia memang tidak berjodoh dengan Gugun. Namun selama ini ia tidak pernah putus asa, selalu optimis bahwa suatu hari nanati akan bertemu dengan jodohnya. Ia bekerja di sebuah sekolah menengah sebagai guru PKN.

Orang tuanya menginginkan ia segera menikah dan memberikan cucu. Namaun mau bagaimana, sampai saat ini ia belum menemukan jodohnya. “Ya allah, hamba berserah diri pada-Mu akan hidup dan takdirku. Hamba bersabar menanti pria yang mampu menjadi imam ketika shalat hamba menjadi makmumnya, pria yang dapat membawa hamba kedepan pintu surga-Mu. Hanya kepada-Mu hamba berdoa...dan hamba tau engkau akan memberikan apa yang hamba butuhkan bukan yang hamba inginkan”

Ia sangat menyukai anak-anak, untuk mengisi waktu luangnya ia menjadi guru di salah satu PAUD dekat tempat tinggalnya. Ia merasa senang dan terhibur saat bersama dengan anak-anak yang ia didik. Dapat melupakan sejenak akan adanya pendamping hidupnya. Kesehariannya ia habiskan untuk mendidik anak didiknya. Pagi hari ia bekerja di sekolah, sore harinya mengajar anak-anak di PAUD. Tak hentinya ia bersabar menunggu dan berdoa untuk dipertemukan dengan jodohnya. Ia sangat ingin memberi orang tuanya cucu yang lahir dari rahimnya sendiri.

Di usia yang sudah tidak muda lagi, terlebih menginjak usia kepala 4 itu sangat rentan seorang wanita untuk mempunyai anak dari rahimnya. Ia menyadari hal itu, namun di benakknya masih menginginkan pernikahan yang mana ayahnya menjadi wali nikah dan melahirkan anak dari rahimnya. Ia tetap bersabar menunggu semuanya terwujud. Sampai suatu ketika ada pria yang datang mendekatinya. Pria ini sudah tidak asing lagi baginya, bukan pria yang baru ia kenal. Namanya Toni, ia adalah teman kuliahnya sekitar 20 tahun yang lalu. Hubungan mereka semakin dekat, pria itu dapat diterima oleh keluarganya. Sampai pada akhirnya ia menikah dengan pria yang semula hanya teman.

“Saya terima nikah dan kawinnya Tina Sulistiawati dengan mas kawin tersebut di bayar tunai” Toni mengucapkan Ijab Khabul di depan penghulu dan ayahanda Tina dengan lantang, tegas, dan dalam satu kali tarikan nafas. Sementara Tina dan ibu nya tersenyum sembari meneteskan air mata kebahagiaan. “alahamdulillah hirobbil a’lamin....terima kasih ya Allah, engkau telah mempertemuakan pria yang memberikan tulang rusuknya agar aku hidup di dunia, dan menggelar sejadah bersamanya”

Tina menikah di usia 42 tahun. Setelah menikah ia masih melakukan aktifitas sebagai pengajar di sekolah dan PAUD. Menginjak usia pernikahan 1 tahun, ia di nyatakan hamil oleh dokter. Betapa senang nya hati Tina, suami, dan orang tuanya mendengar berita baik itu. Ditengah kebahagiannya ia merasa gelisah, karena akan melahirkan di usia yang sudah tidak muda lagi.“akankah bisa hamba melahirkan anak di usia tua ku ini ya Allah ? hamba sangat ingin memiliki momongan yang lahir dari rahim hamba, memberi keturunan kepada suami hamba, memberikan cucu kepada orang tua dan mertua hamba, dan hamba dangat ingin menjaga, membesarkan dan mendidik anak-anak hamba bersama suami hamba. Hamba yakin akan rencana indah-Mu ya Allah, dan pasti akan ada syafa’at untukku pada saat nya nanti.”

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, hingga kini usia kandungannya sudah memasuki 9 bulan. Dan sebentar lagi ia akan melahirkan buah hatinya, menjadi seorang ibu, dan menjadi istri yang lebih sempurna untuk suaminya. Ketika persalinan ia ditemani sang suami yang selalu ada di sampingnya, sejak ia merasakan kontraksi yang begitu hebatnya. Dokter menyarankan untuk melahirkan secara cesar. Ia dan keluarga pun menyetujuinya, karena memang hanya itu cara yang bisa di lakukan untuk keselamatannya dan sang buah hati.

2jam sudah ia berada di ruang operasi. Berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk anak agar dapat menghirup segarnya udara dunia. Operasi besar itu pun akhirnya selesai dengan lancar. Ibunya selamat, anaknya sehat, sempurna. Tak kurang satupun.

Ia sangatbersyukur di karuniahi anak-anak yang cantik dan tampan. Puluhan tahun ia bersabar menunggu jodoh dan momongan, sampai pada akhirnya menjadi wanita yang sempurna dengan melahirkan anak dari rahimnya. Meskipun rentan melahirkan di usia yang 43 tahun, sangat jarang sekali ada wanita yang mealahirkan pada usia itu. Ia pun tidak dapat melahirkan lagi anak dari rahimnya. Allah Maha Adil, ia memberi amanah, kepercayaan kepada Tina dan Toni, dengan memberikan 4 anak kembar sekaligus. Walaupun hanya dapat melahirkan sekali, namun ia merasa bersyukur  telah dikaruniahi banyak anak.

Tina dan Toni kini hidup bahagia dengan hadirnya keempat anak-anak yang sangat dicintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar