Desa bernamakan
desa Kulen yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, berpenduduk sekitar 67
jiwa. Kepala keluarga sebagian besar berprofesi sebagai petani, ada yang
memiliki sawah sendiri dan ada juga yang dipercaya mengurus sawah milik warga
lain. Kesehariannya mereka hidup berkecukupan dengan upah yang dihasil kan dari
keringat bertani sejak pagi sampai sore hari. Hubungan antar warga terjalin
dengan baik, tidak menonjolkan perbedaan yang besar. Terdapat pula satu
keluarga yang secara ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga lainnya,
keluarga sangat dipandang baik oleh
penduduk, dermawan, tidak sombong dan peduli terhadap kemakmuran Desa Kulen.
Mereka memberi pekerjaan kepada orang-orang terdekatnya terlebih dahulu
terutama warga desa Kulen. Tidak sedikit warga yang bekerja untuk mengurus
sawah, kebun dan ternak milik keluarga ini. Suka membantu warga yang
membutuhkan pertolongan, baik moril maupun materil. Membagikan sembako untuk
semua warga desa dengan tidak memungut satu rupiah pun dari warga. Benar-benar
mulia hati keluarga ini, membantu dan memberi tanpa pamrih. Karena kebaikannya
lah yang menjadikan kelurga ini selalu di sanjung dan di segani oleh warga.
Bahkan seorang gadis nan cantik yang berasal dari keluarga terpandang ini,
dianggap sebagai kembang desa juga di segani oleh warga.
Ia adalah
seorang wanita bernama Tina. Ayah dan ibunya seorang dosen di perguruan tinggi
ternama di Yogyakarta. Ia pernah menuntut ilmu di
perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta. Ia termasuk mahasiswi yang
berprestasi, baik secara akademik maupun non akademik. Pribadi yang baik,
ramah, aktif, religius, mau membantu
sesama itulah penilain dari teman-temannya. Sehingga ia memiliki banyak teman
baik itu yang satu angkatan dengannya, diatas dan ataupun dibawahnya. Meskipun
dari keluarga yang berada, namun kesehariannya sangatlah sederhana. Ia tidak
menggunakan kendaraan pribadi pemberian orang tuanya untuk mempermudah
kemanapun ia bepergian. Ia lebih memilih menggunakan kendaraan umum, hanya sesekali
menggunakan kendaraan pribadi.
Bukan hanya
disegani di desanya, namun ia juga di segani oleh lawan jenisnya di lingkungan
kampus. Tidak banyak memiliki teman pria, hanya ada beberapa sebagian besar
temannya adalah wanita. Ada teman pria yang mengagumi dirinya, namun pria itu
tidak berani mengungkapkan kepada Tina. Pria ini merasa canggung untuk berkata
jujur karena Tina dan keluarganya sangat di segani. Namun pertemanan keduanya
tetap terjalin baik, meskipun sang pria harus tetap memendam rasa terhadap
Tina.
Melihat
teman-temannya sudah mempunyai kekasih, ia tidak pernah sedikitpun iri terhadap
temannya. Karena ia merasa bahagia menjalani hidupnya tanpa sorang kekasih. Tidak
sedikit pria yang mencoba untuk dekat dengannya, bahkan memiliki ambisi untuk
menjadikannya kekasih. Namun lambat laun ia mulai membuka hati untuk pria yang
ingin mengenalnya lebih dekat. Suatu ketika ia memiliki rasa ketertarikan pada
teman pria, dan pria itupun memiliki perasaan yang sama. Pertemanan mereka
semakin hari semakin dekat. Sesungguhnya pria ini ingin menjalin hubungan yang
lebih dari sekedar teman dengan Tina, namun ia belum berani untuk mengungkapkan
hal itu. Diperkenalkanlah Tina kepada orang tua teman pria nya itu. Ia disambut
baik oleh orang tua prianya. Namun ketika ia ingin memperkenalkan pria ini
kepada orang tuanya, pria ini menolaknya. Pria ini tidak berani untuk bertemu
dengan orang tua Tina, ada rasa ketakutan tidak akan di terima karena ia
berasal dari kelurga bisa. Tina merasa
kecewa, sehingga hubungan keduanya tidak dapat di lanjutkan lagi.
Sejak kandasnya
hubungan dengan teman prianya iu, Tina tetap menjadi pribadi yang ramah. Dengan
wajah cantik dan postur tubuh yang sempurna di mata lawan jenisnya, banyak
sekali pria yang ingin mendekatinya. Namun ketika ia ingin memeprkenalkan teman
pria kepada orang tuanya, pria itu lagi-lagi menolak. Seringnya dikecewakan
oleh teman pria yang selalu menolak untuk diperkenalkan kepada orsng tuanya, ia
pun sudah mulai pasrah. Selalu bersabar menantikan pria yang memang bersungguh-sungguh
ingin memilikinya seutuhnya.
Ia memiliki rasa
yang lebih terhadap teman prianya bernama Gugun. Ternyata Gugun pun memiliki
rasa yang sama dengan Tina. Seiring berjalannya waktu, ia dan Gugun hubungannya
semakin dekat. Keduanya sama-sama yakin bahwa mereka memang cocok untuk menjadi
pasangan. Namun antara keduanya belum ada ikatan, dengan kata lain mereka tidak
sampai pacaran. Gugun pun diperkenalkan kepada orang tua Tina, begitupun
sebaliknya. Tina sangat diterima oleh orang tua Gugun, tapi tidak sebaliknya.
Orang tua Tina tidak menyetujui Tina dekat dengan Gugun. Karena Gugun hanyalah
pria dari keluarga pengrajin di Yogyakarta. Tidak setara dengan keluarga Tina
yang berpendidikan tinggi dan di segani oleh warga desa. Tina dan Gugun pun
dengan terpaksa harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk bisa ke hubungan
yang jauh lebih dalam dan serius bukan hanya sekedar teman.
Kini
pendidiaknnya di perguruan tinggi telah selesai, dan memiliki gelar Sarjana
Hukum sebagai pelengkap namanya. Sudah banyak teman-temannya yang menikah dan
memiliki momongan.Sampai usianya memasuki 38 tahun, ia belum menemukan lagi
pria yang bisa diperkenalkan kepada orang tuanya. Gugun yang dulu pernah
mempunyai tempat spesial di hatinya, lebih memilih wanita lain yang dapat
menerima ia dan keluarga apa adanya, tanpa melihat strata sosial. Tina pun
menerimanya dengan lapang dada, bahwa ia memang tidak berjodoh dengan Gugun.
Namun selama ini ia tidak pernah putus asa, selalu optimis bahwa suatu hari
nanati akan bertemu dengan jodohnya. Ia bekerja di sebuah sekolah menengah
sebagai guru PKN.
Orang tuanya
menginginkan ia segera menikah dan memberikan cucu. Namaun mau bagaimana,
sampai saat ini ia belum menemukan jodohnya. “Ya allah, hamba berserah diri pada-Mu akan hidup dan takdirku. Hamba
bersabar menanti pria yang mampu menjadi imam ketika shalat hamba menjadi
makmumnya, pria yang dapat membawa hamba kedepan pintu surga-Mu. Hanya kepada-Mu
hamba berdoa...dan hamba tau engkau akan memberikan apa yang hamba butuhkan
bukan yang hamba inginkan”
Ia sangat
menyukai anak-anak, untuk mengisi waktu luangnya ia menjadi guru di salah satu
PAUD dekat tempat tinggalnya. Ia merasa senang dan terhibur saat bersama dengan
anak-anak yang ia didik. Dapat melupakan sejenak akan adanya pendamping
hidupnya. Kesehariannya ia habiskan untuk mendidik anak didiknya. Pagi hari ia
bekerja di sekolah, sore harinya mengajar anak-anak di PAUD. Tak hentinya ia bersabar
menunggu dan berdoa untuk dipertemukan dengan jodohnya. Ia sangat ingin memberi
orang tuanya cucu yang lahir dari rahimnya sendiri.
Di usia yang
sudah tidak muda lagi, terlebih menginjak usia kepala 4 itu sangat rentan
seorang wanita untuk mempunyai anak dari rahimnya. Ia menyadari hal itu, namun
di benakknya masih menginginkan pernikahan yang mana ayahnya menjadi wali nikah
dan melahirkan anak dari rahimnya. Ia tetap bersabar menunggu semuanya
terwujud. Sampai suatu ketika ada pria yang datang mendekatinya. Pria ini sudah
tidak asing lagi baginya, bukan pria yang baru ia kenal. Namanya Toni, ia adalah
teman kuliahnya sekitar 20 tahun yang lalu. Hubungan mereka semakin dekat, pria
itu dapat diterima oleh keluarganya. Sampai pada akhirnya ia menikah dengan
pria yang semula hanya teman.
“Saya
terima nikah dan kawinnya Tina Sulistiawati dengan mas kawin tersebut di bayar
tunai”
Toni mengucapkan Ijab Khabul di depan penghulu dan ayahanda Tina dengan
lantang, tegas, dan dalam satu kali tarikan nafas. Sementara Tina dan ibu nya
tersenyum sembari meneteskan air mata kebahagiaan. “alahamdulillah hirobbil a’lamin....terima kasih ya Allah, engkau telah
mempertemuakan pria yang memberikan tulang rusuknya agar aku hidup di dunia,
dan menggelar sejadah bersamanya”
Tina menikah di
usia 42 tahun. Setelah menikah ia masih melakukan aktifitas sebagai pengajar di
sekolah dan PAUD. Menginjak usia pernikahan 1 tahun, ia di nyatakan hamil oleh
dokter. Betapa senang nya hati Tina, suami, dan orang tuanya mendengar berita
baik itu. Ditengah kebahagiannya ia merasa gelisah, karena akan melahirkan di
usia yang sudah tidak muda lagi.“akankah
bisa hamba melahirkan anak di usia tua ku ini ya Allah ? hamba sangat ingin memiliki momongan yang lahir dari rahim
hamba, memberi keturunan kepada suami hamba, memberikan cucu kepada orang tua
dan mertua hamba, dan hamba dangat ingin menjaga, membesarkan dan mendidik anak-anak
hamba bersama suami hamba. Hamba yakin
akan rencana indah-Mu ya Allah, dan pasti akan ada syafa’at untukku pada saat
nya nanti.”
Tak terasa waktu
begitu cepat berlalu, hingga kini usia kandungannya sudah memasuki 9 bulan. Dan
sebentar lagi ia akan melahirkan buah hatinya, menjadi seorang ibu, dan menjadi
istri yang lebih sempurna untuk suaminya. Ketika persalinan ia ditemani sang
suami yang selalu ada di sampingnya, sejak ia merasakan kontraksi yang begitu
hebatnya. Dokter menyarankan untuk melahirkan secara cesar. Ia dan keluarga pun
menyetujuinya, karena memang hanya itu cara yang bisa di lakukan untuk
keselamatannya dan sang buah hati.
2jam sudah ia
berada di ruang operasi. Berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk anak agar dapat
menghirup segarnya udara dunia. Operasi besar itu pun akhirnya selesai dengan
lancar. Ibunya selamat, anaknya sehat, sempurna. Tak kurang satupun.
Ia
sangatbersyukur di karuniahi anak-anak yang cantik dan tampan. Puluhan tahun ia
bersabar menunggu jodoh dan momongan, sampai pada akhirnya menjadi wanita yang
sempurna dengan melahirkan anak dari rahimnya. Meskipun rentan melahirkan di
usia yang 43 tahun, sangat jarang sekali ada wanita yang mealahirkan pada usia
itu. Ia pun tidak dapat melahirkan lagi anak dari rahimnya. Allah Maha Adil, ia
memberi amanah, kepercayaan kepada Tina dan Toni, dengan memberikan 4 anak
kembar sekaligus. Walaupun hanya dapat melahirkan sekali, namun ia merasa
bersyukur telah dikaruniahi banyak anak.
Tina dan Toni
kini hidup bahagia dengan hadirnya keempat anak-anak yang sangat dicintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar